MEDIA.@ KRIMINALITASNEWS.COM.Biar nanti bisa beli BBM Bersubsidi, tadi saya install ulang aplikasi layanan keuangan digital MyPertamina. Rupanya, aplikasi ini terintegrasi dgn aplikasi sejenis yaitu LinkAja. Jd, utk transaksi beli BBM, pembeli hrs punya dana di LinkAja. Karena penasaran, walaupun programnya baru akan dimulai 1 Juli mendatang, saya coba isi/transfer dana ke aplikasi tsb seadanya, namanya jg coba2. Dana masuk, lancar. Tp saya melihat di situ tertera Biaya Admin Rp 1.000. Sepertinya tdk berarti krn cuma seribu, tp saya lalu berpikir, brp banyak Biaya Admin yg bakal masuk ke LinkAja ke depan dlm transaksi beli BBM Bersubsidi. Jutaan konsumen pasti akan mengisi (top up) dana ke LinkAja, bisa bbrp hari sekali. Dgn jumlah kendaraan bermotor (mobil dan motor) di Indonesia thn 2022 ini sebanyak 145 juta, tarohlah yg beli BBM Bersubsidi hanya 10 %, berarti 14,5 juta. Maka, sebanyak 14,5 juta x Rp 1.000 (Rp 14,5 milyar) setiap transaksi akan masuk ke LinkAja dgn santai. Jika dlm sebulan, katakanlah 14,5 juta pelanggan tsb rata-rata 5 x top up, Rp 72,5 milyar melenggang masuk ke LinkAja. Itu dgn asumsi hanya 10 % pemilik kendaraan (mbl & motor) yg beli BBM Bersubsidi loh. Kalau 20 %, 30 %, 50% atau lbh, kalikan saja sendiri 😲 Blm lg kalau top up lbh dari 5 x sebulan. Saya acung 2 jempol atas kejelian atau akal²an MyPertamina bersama LinkAja dlm hal ini. Saya buka di Google, LinkAja merupakan layanan keuangan digital dari Telkomsel sbg pemilik saham terbesar (25 %), kemudian Bank Mandiri, BNI46, BRI (@ 20 %), BTN, Pertamina (@ 7 %), dan Jiwasraya, Danareksa (@ 1 %). Mantap jiwa 👍👍
www.mediakriminalitas.
news.com.
(Red/narasumber.JND)
news