Bogor
Sebelum dimulai pendakian, Tim AKBM jauh-jauh hari sudah mengajukan surat izin ke Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur dan ditembuskan ke Komandan Batalyon (Danyon) 14 Grup-1 Parako/Kopassus, Semplak, Bogor, Jabar. Ini mengingat wilayah Gunung Lalana masih menjadi kawasan latihan militer dan milik pasukan elit TNI-Angkatan Darat (AD) itu.
.
Anak Korps Baret Merah (AKBM) dalam Ekspedisi Pendakian Gunung Lalana, Desa Cibadak, Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar) pada Minggu (5/12/2021) pagi.
Walau gunung itu hanya memiliki elevasi atau ketinggian sekitar 385 meter di atas permukaan laut (mdpl) atau berkisar 25-30 menit waktu pendakian, namun dianggap cukup berat. Ini karena trek atau jalur yang ekstrem dengan kemiringan sekitar 30-70 derajat, bahkan ada titik tertentu seperti di Tebing Cinta yang memiliki kemiringan sekitar 80 derajat dengan bebatuan terjal. Di titik-titik tertentu itulah sejumlah tali terpasang untuk membantu pendakian.
Sementara itu, mayoritas jalur sudah rapi dan disemen. Di mulai dari bawah, jalur menggunakan conblock sampai Pos 2. Selanjutnya, kondisi trek disemen, sedangkan jalur yang mendekati puncak masih tanah. Untuk jalur semen, para pendaki harus ekstra hati-hati, apalagi jika turun hujan. Soalnya, trek akan berubah menjadi licin.
Kondisi jalur licin dan hujan gerimis juga sempat dialami dalam pendakian Tim AKBM. Tak ayal, beberapa anggota sempat tertatih-tatih dan jatuh bangun menapaki trek basah.
.
Sebelum pendakian, kondisi cuaca sebenarnya sudah mendung. Namun itu tidak menyurutkan tim untuk menaklukkan Puncak Lalana yang terdapat Pisau Komando berukuran besar.
Para anggota juga dipastikan kondisi kesehatannya. Awal pendakian, mereka harus mengecek tensi darah. Bagi yang tensinya tinggi, disarankan untuk tidak melakukan pendakian. Protokol kesehatan (prokes) pun menjadi persyaratan dalam perjalanan tersebut untuk mencegah penularan Covid-19.
Selain trek dan cuaca, ada pula tantangan lain, yakni kawanan monyet liar. Informasi warga setempat, ada sekitar 200-300 ekor monyet liar yang hidup di Gunung Lalana.
Mereka sangat sensitif dengan makanan bawaan dari pendaki atau pengunjung. Karenanya, para disarankan untuk tidak membawa atau menenteng makanan, termasuk di dalam tas jika ingin ke Puncak. Pasalnya, kawanan monyet tak segan merampas atau merogoh tas pendaki untuk mencari makanan.
”Kalau bertemu kawanan monyet di jalan, anggap biasa saja. Jangan dikasih makanan, nanti mereka bisa memangil kawanannya, memancing amarah mereka,” ujar Aki Nardi atau Aki Gondrong, tokoh masyarakat sekitar Kepada Media Kriminalitas New Com.
(RED/YD)
EDITOR : NW
COPYRIGHT 2021