DI tengah ruangan rumahnya, malam itu Sulaiman asyik menyeruput kopi panas. Sesekali ia mengawasi orang yang sibuk memberesi rumahnya. Kemudian Sulaiman bangkit dari duduknya. Dengan pisau belati di tangannya, tiba-tiba ia menyerang dan membantai orang yang berada di ruangan itu. Hasilnya, dua tewas dan enam mengalami luka parah. Sebenarnya, dua Ahad lagi, Sulaiman akan disandingkan dengan Suryani, 20 tahun. Fadade memilihkan Suryani untuk anak sulungnya yang berusia 25 tahun itu bukan tanpa pertimbangan. Selain cantik, gadis itu berasal dari keluarga terpandang dan kaya. Banyak pemuda di Desa Taraweang, Kabupaten Pangkep, ingin meminang Suryani, tetapi Sulaiman yang menang. Selain penyabar, ia juga dikenal ulet di sawah membantu orang tuanya. Dan semasa di SMA Sawerigading Ujungpandang, Sulaiman selalu menduduki ranking pertama di kelasnya. Ketika beberapa waktu yang lalu Fadade meminang, orang tua Suryani tak langsung menerima. Belakangan, barulah mereka sepakat memutuskan untuk menyandingkan Sulaiman dan Suryani pada 10 Oktober ini. “Ia sendiri sudah setuju dengan hari pernikahan itu,” kata Suasa, ibu kandung Sulaiman. Cuma ada kendalanya. Selain belum kenal calon istrinya secara dekat, Sulaiman mempunyai kekasih di Ujungpandang. Maka, ketika dipaksa hendak dinikahkan ayahnya, Sulaiman menjadi pemarah dan sering melamun. Kemarahannya mencapai puncak pada malam Jumat dua pekan lalu itu. Sehari sebelum melakukan aksi, Sulaiman mengunjungi kekasihnya di Ujungpandang. Dan ketika kembali ke desanya, ia minta supaya orang tuanya membatalkan rencana persandingannya dengan Suryani. “Saya tak mau dinikahkan. Pak, tolong batalkan pinangan itu,” pinta Sulaiman kepada Fadade. Mungkin karena sudah telanjur meminang, si ayah hanya mendiamkan permintaan tersebut. Didiamkan begitu, panas hati Sulaiman. Sore itu ia keluar rumah. Tak lama kemudian masuk dengan pisau belati dan parang di tangannya. Seperti yang telah diceritakan di atas, setelah duduk sebentar, sekonyong-konyong Sulaiman menerjang sepupunya, Bennu, 25 tahun. Tidak menyangka mendapat serangan mendadak, Bennu tidak sempat berkelit. Lalu, bles bles, perutnya terasa diterjang belati. Kemudian yang terdengar adalah teriakan keras sebelum roboh. Ia tewas bersimbah darah, saat itu juga. Jerit dan dentingan gelas jatuh mengagetkan orang yang berada di ruangan itu, termasuk kakak kandung Sulaiman, Maryana. Gadis berusia 30 tahun yang dua bersaudara dengan Sulaiman itu hanya mengaduh ketika pisau belati hinggap di perutnya. Ia terkapar dan tewas. Mendengar suara ribut, Suasa yang sedang di dapur hendak menolong. Tapi karena usianya sudah 75 tahun, usahanya sia-sia. Dada dan kedua tangannya justru menjadi mangsa ketiga yang dimakan senjata Sulaiman. Meskipun para sasaran — semuanya saudara Sulaiman sendiri — dalam ruangan itu banyak yang lolos, toh belati Sulaiman sempat melukai empat orang lagi. Paman Sulaiman, Ambo Tang, di antara yang berhasil lolos itu, lari minta bantuan. Korban berikutnya adalah Fadade, 80 tahun. Mengetahui ada yang tak beres, Fadade keluar dari kamarnya. Ia hendak menyergap anaknya itu dari belakang. Apa lacur, belati berkelebat cepat, dan mendarat di dadanya. Sadar tidak mampu menangani Sulaiman, orang tua ini menyelamatkan diri dengan terjun dari rumah panggungnya itu. Sedangkan Sulaiman, sambil mengacungkan pisau berlumuran darah, menyelinap dalam gelap malam. Ia menuju daerah sawah. Ketika di pematang, ia bertemu dengan pamannya yang lolos tadi, Ambo Tang. Pria berusia 43 tahun ini adalah di antara yang ikut meminang Suryani untuk keponakannya itu. Tanpa tanya, Sulaiman yang berjalan berlawan arah melibaskan pisaunya ke arah perut Ambo Tang. Bles. Ambo berteriak kuat. Ia kesakitan. Dan seperti korban yang lain, akhirnya Ambo Tang roboh. Ia tewas di tempat itu. Kendati terlambat, bala bantuan dari Kepolisian Resor Pangkep, Sulawesi Selatan, akhirnya datang juga. Ternyata Sulaiman sudah menghilang. Raibnya Sulaiman membuat penduduk di desa itu dicekam ketakutan. Apalagi hingga tengah malam Sulaiman belum ditemukan. Baru siang besoknya polisi membekuk Sulaiman di kebun jambu mente yang tidak jauh dari rumahnya. Ia memang sudah kalap berat. Ketika diamankan, Sulaiman masih melakukan perlawanan. Akhirnya anak lelaki tunggal Fadade ini menyerah setelah belatinya menusuk perutnya sendiri. Hingga berita ini diturunkan pekan ini, bekas ketua OSIS itu terbaring di Rumah Sakit Bhayangkari Ujungpandang. Dalam pengakuannya, ketika membantai saudara-saudaranya itu ia tidak mengingat apa-apa. Ia menambahkan, ketika itu sekujur tubuhnya terasa panas dan penglihatannya tersalup gelap gulita. “Mungkin semua ini cobaan dari Tuhan. Sekarang saya pasrah menerima hukuman yang akan ditimpakan kepada saya,” katanya kepada hasanudin dari media kriminalitas news. Tidak seorang pun, juga polisi, dapat memastikan latar belakang pembunuhan itu. Begitu pula untuk memastikan Sulaiman waras atau miring, kini polisi sudah meminta bantuan tim dokter di RS Bhayangkari. “Tunggu tersangka pulih ingatannya setelah dioperasi,” kata Mayor Suherlan, Wakil Kepala Kepolisian Resor Pangkep. Bambang Aji